Sabtu, 24 Oktober 2020

Eksploitasi Seksual Anak

 


Ringkasan kasus :

Kasus human trafficking atau perdagangan manusia (eksploitasi anak) terjadi di Bar dan Karaoke Kayangan, Kelurahan Rawa Bebek. Berdasarkan hasil penyidikan sementara, 10 korban yang berusia 14-18 tahun itu dipaksa minum obat untuk mencegah menstruasi. Para korban dipaksa melayani 10 pria dalam semalam jika tidak mencapai target akan mendapat denda sebesar 50.000. Para tersangka menjual anak-anak di bawah umur kepada laki-laki hidung belang sebesar Rp 150 ribu setiap kali melayani. Nantinya, Rp 90 ribu diserahkan ke tersangka yang biasa dipanggil mami. Sementara sisanya, Rp 60 ribu buat korban. Gaji akan didapatkan setelah dua bulan melakukan aksinya. Selama bekerja melayani para lelaki hidung belang, korban tidak dapat keluar dari tempat penampungan dan bila mereka ingin keluar harus membayar sebesar Rp. 1,5 Juta kepada pelaku. Para korban juga tidak memiliki ponsel sehingga tidak dapat berhubungan dengan orang-orang di luar tempat penampungan.


Analisis Kasus :

    Pada kehidupan sosial, individu selalu dituntut menyesuaikan diri terhadap lingkungannya agar tetap eksis dan dapat mempertahankan hidupnya. Menyesuaikan diri, pada hakekatnya merupakan proses dimana individu berusaha menjawab tuntutan/tekanan yang berasal dari lingkungannya. Dalam kenyataan, individu memang hidup di tengah masyarakat sebagai lingkungan sosialnya, sehingga tingkah lakunya tidak hanya merupakan penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik, tetapi juga terhadap tuntutan dan tekanan sosial orang lain. Tuntutan tersebut dapat dibedakan menjadi tuntutan internal dan eksternal (Ahmadi, 1990).  Tuntutan internal, merupakan tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari dalam, baik yang bersifat fisik maupun sosial, seperti halnya : kebutuhan makan, minum, dan sebagainya. Tuntutan eksternal, merupakan tuntutan yang berasal dari luar diri individu, baik bersifat fisik maupun sosial, seperti halnya : kelompok, masyarakat dan kebudayaannya. Dalam hal ini, anak yang menjadi korban eksploitasi anak dipengaruhi oleh tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya berupa makan dan minum serta tuntutan eksternal yang berupa masyarakat dan kebudayaannya di sekitar tempat anak itu tinggal.

    Proses sosialisasi merupakan proses belajar sosial yang berlangsung sepanjang hidup (lifelong proses), bermula sejak individu lahir hingga mati. Sosialisasi penting diperhatikan, karena sosialisasi tidak dapat dipisahkan dengan pembentukan “personality”. Seperti dijelaskan oleh Soentandyo Wignyosoebroto (1990:17) yang dimaksud dengan personality atau kepribadian adalah kecenderungan psikologik seseorang untuk melakukan tingkah pekerti yang bersifat tertutup (seperti perasaan, berkehendak, berpikir dan bersikap), maupun tingkah laku yang terbuka, dalam istilah sehari-hari dinamakan “perbuatan”. Pada proses sosialisasi ini individu mengadopsi kebiasaan, sikap, dan ide-ide dari orang lain, dan menyusun kembali sebagai suatu sistem dalam diri pribadinya. Dalam kasus ini fungsi sosialisasi dalam keluarga seperti keagamaan, perlindungan, pengaturan seksual, dan reproduksi tidak dapat berjalan dengan baik yang tentunya hal ini juga akan mempengaruhi kepribadian dari anak korban eksploitasi yang akan menunjukkan pribadi yang sangatlah berbeda dibandingkan dengan kepribadian teman-teman lain seusianya. Sebagai proses penting bagi manusia, masalah kehidupan manusia biasanya bersumber dari kegagalan dalam proses sosialisasi.

 

Daftar Pustaka

Prastiwi D. 2020. Eksploitasi Seksual Anak di Penjaringan, Dipaksa Minum Pil hingga Layani 10 Pria. URL : https://www.liputan6.com/news/read/4161861/eksploitasi-seksual-anak-di-penjaringan-dipaksa-minum-pil-hingga-layani-10-pria.

Dwiningrum, dkk. 2020. Modul Mata Kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.


Peradaban di Revolusi 4.0

 

Era Revolusi Industri 4.0 ditandai peran teknologi mengambil alih hampir sebagian besar aktivitas perekonomian. Dapat dikatakan sebagai sebuah revolusi, karena perubahan yang terjadi memberikan efek besar kepada ekosistem dunia dan tata cara kehidupan. Revolusi industri keempat ini ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi, batas antarmanusia, mesin dan sumber daya lainnya semakin konvergen melalui teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu hal terbesar didalam Revolusi Industri 4.0 adalah Internet of Things. IoT (Internet of Things) memiliki kemampuan dalam menyambungkan dan memudahkan proses komunikasi antara mesin, perangkat, sensor, dan manusia.

 

Pada revolusi industri 4.0 ditandai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal, tidak hanya sebatas proses produksi, tetapi juga seluruh mata rantai industri sehingga menghasilkan model bisnis yang baru berbasis digital yang membawa manusia hidup bergantung dengan teknologi. Bahkan, pendidikan sekarang ini bukan hanya dilakukan dengan pertemuan antara guru dan murid secara langsung. Materi pendidikan bisa ditemui melalui perangkat lunak dan keras tanpa adanya pengajar. Informasi akan segala hal baik di bidang pendidikan, militer, kesehatan, perbankan, pertanian, rumah tangga, fashion, automotif, dan ragam bidang lainnya bisa ditemui melalui jejaring internet. Komunikasi melalui internet ini memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain dari beda negara dan wilayah untuk saling berkomunikasi dan bekerjasama. Melalui perantara teknologi, terjadilah komunikasi antar budaya yang tidak dibatasi oleh wilayah atau territorial. Manusia yang hidup dalam sebuah territorial yang disebut negara akhirnya tidak dibatasi secara kaku oleh definisi wilayah. Seperti sebuah gelombang, kekuatan teknologi informasi ini seperti menenggelamkan manusia untuk mengikuti arus perubahan terkini.

Hadirnya revolusi industri 4.0 membawa perubahan manusia di dunia secara holistik. Kehidupan yang tidak terlepas dari teknologi informasi ini menawarkan kesejahteraan, demokratis dan sebuah masa depan yang menjanjikan. Khususnya di era gelombang revolusi industri 4.0 ini, terjadilah modernisasi yang dimaknai sebagai upaya suatu bangsa untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan konstelasi dunia pada zaman bangsa itu hidup. Jadi, modernisasi bukan hanya mengenai teknologi yang serba canggih, namun lebih pada keinginan bangsa itu untuk hidup sejajar dengan konstelasi dunia di sekitarnya. Sebagaimana kehidupan suatu bangsa termasuk didalamnya manusia yang memiliki karakteristik dinamis, peradaban tentu saja juga akan bersifat dinamis, dan bukan merupakan sesuatu yang statis, namun terus berkembang seiring dengan perkembangan manusia.

 

Peradaban di revolusi 4.0 khususnya dalam ilmu Biologi

Era revolusi 4.0 menyebabkan adanya pengintegrasian teknologi dalam pendidikan, yang juga turut mempercepat terjadinya sinergi pengetahuan lintas bidang ilmu, sehingga melahirkan bidang ilmu baru seperti: biokimia, biofisika, bioteknologi. Ilmu biologi yang paling berkembang sekarang ini adalah bioteknologi. Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari teknik dan inovasi untuk memanfaatkan suatu organisme dengan memodifikasi fungsi biologi suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain. Contohnya seperti Penyelesaian “Human Genom Project”, Cloning, dan Rekayasa genetik. Hal ini menimbulkan suatu organisme yang awalnya tidak mungkin menjadi sangat mungkin ada. Selain bioteknologi, bidang ilmu baru yang paling berkembang sekarang ini adalah bioinformatika yang merupakan penerapan metode-metode matematika, statistika, informatika, fisika, biologi, dan ilmu kedokteran untuk memecahkan masalah-masalah biologis, terutama dengan menggunakan sekuens DNA dan asam amino serta informasi yang berkaitan dengannya. Hal ini sangat penting misalnya untuk forensik mengidentifikasi mayat korban pembunuhan.

 

Daftar Pustaka

Dwiningrum, dkk. 2020. Modul Mata Kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Baenanda L. 2019. Mengenal lebih jauh Revolusi Industri 4.0. URL : https://binus.ac.id/knowledge/2019/05/mengenal-lebih-jauh-revolusi-industri-4-0/.




Kebudayaan Membangun Masyarakat Sejahtera

 

Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hasil pengembangan pemikiran manusia (budi: akal/pikiran; daya: kemampuan) dan mendapat imbuhan ke-an sehingga menjadi kebudayaan (kata benda) yang berarti segala hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang mereka gunakan untuk kehidupannya. Dengan akal (cipta) manusia senantiasa berpikir, merenung, menggagas, menginterpretasikan segala macam realitas, kehidupan yang dihadapi. Karenanya ia juga mempunyai gagasan-gagasan, angan-angan, harapan dan cita-cita dalam hidupnya. Tak terkecualai ia jug memikirkan kebutuhan hidupnya dan tata cara untuk mewujudkannya, baik yang berupa materi maupun non materi, yakni kebutuhan saat ini di dunia maupun saat nanti di akhirat. Sebagai contoh: manusia untuk bisa hidup harus makan, maka ia berpikir apa yang harus dimakan, mengapa harus makan, bagaimana caranya makan dan untuk apa ia makan. Dengan akalnya atau daya ciptanya, manusia dapat mencari jawaban tentang sesuatu yang dapat dimakan beserta alasan-alasannya, tata cara/prosedurnya dan tujuannya ia makan. Selain itu, ia juga dapat mengembangkan ide-idenya, harapannya, gagasannya dan cita-citanya tentang sesuatu yang dapat dimakan, alasan dan tata caranya dalam hal makan serta tujuannya dalam soal makan. Dengan adanya kebudayaan, maka masyarakat menjadi lebih sejahtera.

Wujud kebudayaan menjadi modal budaya yang berperan dalam menguatkan eksistensi sosial masyarakatnya. Modal budaya adalah modal penting yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup agar sejahtera. Modal budaya secara epistemologis merupakan cara hidup yang berupa kebiasaaan dan kepercayaan yang dimiliki sekelompok orang tertentu yang bisa meningkatkan kekayaan atau untuk memulai usaha baru. Dari konsep Smith dan Mudji Sutrisno, modal budaya bisa dimaknai sebagai kekayaan budaya yang berupa hasil usaha dan kerja keras manusia yang berupa cara berpikir, cara hidup dan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan budaya yang akan mempengaruhi kemampuan dan kedudukan seseorang dalam hidup sosial. Dengan demikian, cara masyarakat untuk menjaga keberadaan budayanya, adalah bagian dari proses untuk mempertahankan atau mengembangkan modal budaya. Secara lebih khusus lagi, Bourdieu menggunakan kata modal dalam pembahasan modal budaya karena budaya yang dimiliki seseorang baik yang berupa cara kerja, cara berpikir, keterampilan, dan lain-lain dalam situasi tertentu bisa ditransfer menjadi uang.

Pesona Indonesia tersusun atas keberagaman pesona keindahan elemen elemen sosial yang terbentuk dari kebudayaan dan pola hidup masyarakat Indonesia semenjak dulu kala dari Sabang sampai Merauke. Kesatuan Indonesia merupakan Wawasan Nusantara yang harus menjadi landasan pengayom bagi keberagaman tersebut, sekaligus mendapatkan keuntungan baik moral maupun material dari pesona tersebut. Kearifan lokal semestinya diperhatikan dan dilestarikan oleh bangsa Indonesia sebagai bagian dari kekuatan modal budaya. Kearifan lokal dapat memberikan landasan nilai yang dibutuhkan bagi penguatan di berbagai sektor kehidupan sekaligus menguatkan semangat kebersamaan berbangsa di tengah ekonomi global yang secara tidak langsung dapat merongrong kesatuan melalui rongrongan terhadap aspek yang kaya yang berbeda-beda tersebut. Bangsa Indonesia harus mengakuisisi sains dan teknologi dan dengan landasan kecintaan pada tanah air sehingga dapat menjanjikan kebahagiaan, kesejahteraan, kecerdasan, dan kesehatan bagi seluruh elemennya.

 

Daftar Pustaka

Dwiningrum, dkk. 2020. Modul Mata Kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.





Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara

 

Menurut Ki Hadjar Dewantara, mendidik dalam arti yang sesungguhnya adalah proses memanusiakan manusia (humanisasi), yakni pengangkatan manusia ke taraf insani (Dewantara, 2013). Dalam mendidik, ada pembelajaran yang merupakan komunikasi eksistensi manusiawi yang otentik kepada manusia, untuk dimiliki, dilanjutkan dan disempurnakan. Jadi sesungguhnya pendidikan adalah usaha bangsa ini membawa manusia Indonesia keluar dari kebodohan, dengan membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia (humanis).

Pendidikan tidak terbatas pada proses belajar, akan tetapi pendidikan harus mampu menggerakan semua dimensi nilai kemanusiaan agar manusia memiliki bekal untuk hidup sejahtera, bahagia dan bermakna bagi kehidupan. Pendidikan adalah proses untuk membentuk dan mengembangkan kecerdasan manusia yang memiliki nilai- nilai karakter yang mampu untuk mempertahankan eksistensi dirinya dalam proses perubahan sosial-budaya (Dwiningrum, 2014).

Dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara, ada dua hal yang harus dibedakan yaitu sistem “Pengajaran” dan “Pendidikan” yang harus bersinergis satu sama lain (Dewantara, 2013). Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik).

Salah satu konsep pendidikan yang fundamental dari pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah “Azas Tamansiswa 1922” yang menjadi dasar berdirinya “Dasar Pancadarma Tamansiswa”.

Tabel Konsep Dasar Pancadarma

Dasar dan Ciri Khas Pendidikan

Deskripsi

Dasar Kodrat Alam

sebagai perwujudan kekuasaan Tuhan mengandung arti, bahwa pada hakekatnya manusia sebagai makhluk Tuhan, adalah satu dengan alam semesta ini. Karena itu manusia tidak dapat lepas dari kehendak hukum-hukum kodrat alam.

Dasar Kemerdekaan

mengandung arti, bahwa kemerdekaan sebagai karunia Tuhan kepada semua makhluk (manusia) yang memberikan kepadanya “hak untuk mengatur hidupnya sendiri”  dengan selalu mengingat syarat-syarat tertib damainya hidup bersama dalam masyarakat.

Dasar Kebudayaan

mengandung arti, keharusan memelihara nilai-nilai dan bentuk-bentuk kebudayaan nasional. Dalam memelihara kebudayaan nasional itu, yang pertama dan terutama ialah membawa kebudayaan nasional ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman dan kemajuan dunia.

Dasar Kebangsaan

mengandung arti, adanya rasa satu bersama bangsa sendiri dalam suka dan duka, dan dalam kehendaknya mencapai kebahagiaan hidup lahir-batin seluruh bangsa.

Dasar Kemanusiaan

mengandung arti, bahwa kemanusiaan itu ialah norma tiap-tiap manusia yang timbul dari keluhuran akal budinya. Keluhuran akal budi menimbulkan rasa dan laku cinta-kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk Tuhan seluruhnnya yang bersifat keyakinan akan adanya hukum kemajuan yang meliputi alam semesta.

Sumber: Boentarsono (2017: 53-54)



Prinsip pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah Tri Pusat Pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara (2013), yang maknanya bahwa dalam hidupnya anak-anak terdapat tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang sangat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda. Pendidikan akan menjadi sempurna apabila usaha pendidikan itu tidak hanya dibebankan pada sikap dan tenaganya si pendidik, tetapi harus juga beserta suasana (atmosfer) yang sesuai dengan maksudnya pendidikan. Oleh karena itu, ketiga pusat pendidikan tersebut wajib dimasukkan ke dalam sistem pendidikan (Dwiningrum, 2014)

Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya sikap seorang pendidik dalam mengembangkan relasi sosial dalam proses pembelajaran, yakni ke arah terlaksananya hubungan yang baik atau terjadi integrasi antara ketiga pusat pendidikan tersebut, serta didukung dengan metode among, yang berdasarkan pada landasan nilai-nilai moral, etika dan kultural serta Tutwuri Handayani, dengan mempergunakan pengaruh pendidikan sebanyak-banyaknya pada tiap-tiap pusat pendidikan.

Kata among berasal dari bahasa Jawa, yang mempunyai makna seseorang yang bertugas „ngemong‟ dan jiwanya penuh pengabdian. Dalam sistem among, maka pengajaran berarti mendidik anak akan menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Guru atau pamong tidak hanya memberikan pengetahuan yang perlu dan baik saja, melainkan juga harus mendidik murid agar dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna kehidupan sehari-harinya dan amal keperluan umum.

Dalam sistem among, setiap pamong sebagai pemimpin diwajibkan bersikap: ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa dan tutwuri handayani (Dewantara, 2013)

Sistem

Deskripsi

Ing ngarsa sung tuladha

Ing ngarsa berarti di depan, atau orang yang lebih berpengalaman atau lebih berpengetahuan. Tuladha berarti memberi contoh atau memberi tauladan

Ing madya mangun karsa

Ing madya berarti di tengah-tengah, yang berarti dalam pergaulan dan hubungannya sehari-hari secara harmonis dan terbuka, sedangkan mangun karsa artinya adalah membina kehendak, kemauan dan hasrat untuk mengabdikan diri kepada kepentingan umum, kepada cita-cita yang luhur

Tutwuri handayani

Tutwuri berarti mengikuti dari belakang dengan penuh tanggungjawab berdasarkan cinta dan kasih sayang yang bebas dari pamrih dan jauh dari sifat authoritative, possessive, protective, dan permissive yang sewenang-wenang. Handayani memiliki arti memberi kebebasan, kesempatan dengan perhatian dan bimbingan yang memungkinkan anak didik atas inisiatif sendiri dan pengalaman sendiri, supaya mereka berkembang menurut garis kodratnya.

            Sumber : Data Tomy (2014)

Contoh penerapannya :

Ketika dalam proses pembelajaran di kelas guru tidak hanya memberikan materi-materi pelajaran saja, namun juga memberikan materi tentang nilai kehidupan dan kemanusiaan. Hal ini dapat diwujudkan dengan memberikan cerita-cerita inspirasi dan motivasi bagi siswanya, sehingga siswa diharapkan bisa lebih maju dalam belajar. Jika guru selalu memberikan semangat kepada siswanya, maka siswa akan lebih giat karena merasa diperhatikan dan selalu mendapat pikiran-pikiran positif dari gurunya sehingga anak selalu memandang ke depan dan tidak terpaku pada kondisinya saat ini.

Daftar Pustaka :

Dewantara, K. H. (2013a). Pemikiran, konsepsi, keteladanan, sikap merdeka (I) pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Tamansiswa.

Dewantara, K H. (2013b). Pemikiran, konsepsi, keteladanan, sikap merdeka (II) Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Tamansiswa.

Boentarsono (Ed). 2016. Buku Saku Tamansiswa Badan Perjuangan Kebudayaan dan Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: UST Press.

Dwiningrum, dkk. 2020. Modul Mata Kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.